Happy Belated Birthday! (1)

Seharusnya empat hari yang lalu saya menuliskan ini untuk diri saya sendiri. Ini adalah ketiga kalinya saya menulis ucapan ulang tahun dan tentu harapan-harapan sebanyak usia saya tahun ini. Sebelumnya, saya menulis dua puluh tujuh dan dua puluh delapan harapan saya, yang bila dibaca ulang sekarang, delapan puluh persen telah terjadi. Bahkan harapan sebesar dan sespesifik “ingin punya rumah dengan taman kecil dan teras belakang dengan ayunan”, itu benar-benar terjadi setahun lalu.

Bahagia? Tentu saja! Kata seorang kawan itu seperti sebuah sugesti dan bisikan baik kepada diri sendiri dan semesta. Karena itulah jalan tersebut terbuka satu per satu. Tahun ini usia saya tiga puluh lima tahun. Tujuh tahun berlalu dengan begitu banyak kejadian, baik yang sebagai kenangan menyenangkan maupun menjadi sebuah pelajaran. Papa sudah meninggal tiga tahun lalu. Kemudian secara berurutan setiap tahunnya yang saya sayangi meninggal dunia. Pukulan berat, telak, dan hanya membuat tercenung saja. Teman-teman dekat pun yang tahu hanya menghela sambil bergumam, “Bertubi-tubi sekali.” Namun, yang saya pahami malah “Kok saya dimampukan menjalani ini?” Rentetan kejadian yang menyadarkan bahwa segalanya berupa titipan. Kepada siapa kita berpegang, hanyalah kepada Ia yang tak pernah meninggalkan.

Menulis tiga puluh lima harapan di usia tiga puluh lima tahun. So excited 😀 Here we go!

  1. Memasukkan short film dengan skenario yang saya tulis ke Busan Film Festival
    • Menulis ternyata masih menjadi kesenangan saya yang telah saya lakukan sejak 2013 hingga sekarang. Menulis skenario ternyata punya keasyikan sendiri ketika menggabungkan detailing tulisan dan bagaimana penggambaran visualisasi ruang yang telah diajarkan selama empat tahun belajar Arsitektur. Ide cerita yang paling terus menjerat dan tak juga lepas adalah tentang puppeters bisu tuli yang menggunakan boneka untuk komunikasi dengan ayahnya karena keterbatasan informasi tentang bahasa isyarat di kota kecil. Isu hubungan ayah-anak laki-laki, tentang sosial budaya daerah terpencil, tentang komunitas teman tuli. Short film yang dibawa ke international haruslah mempunyai visi social awareness yang mungkin tak banyak orang pahami.
  2. Menerbitkan kumpulan cerpen dengan tema Meeting Farewell
    • Pertemuan dan kehilangan seperti suatu keadaan kembar siam. Akan selalu bergandengan di setiap kesempatan dan penggalan kehidupan. Part of life, part of everybody’s life.
  3. Melunasi rumah.
    • Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan seorang kawan tentang kapasitas. Ketika manusia menerima kebaikan duniawi, entah itu uang, kedudukan, maupun status sosial, akan mengikuti dengan kapasitas diri yang kita punyai. Untuk memperbesar itu, ada ujian-ujian yang tak bisa dihindari. Bila tak naik kelas dan masih “nyaman” dengan kapasitas sekarang, keduniawian yang dititipkan itu pun akan segitu-segitu saja. Jadi, walaupun masih US$10,000 dan Rp 180,0000,000 lagi, bisa kok 2023 akhir selesai semua, bisa. Seyakin itu karena sudah bisa memilah antara tanggung jawab dan beban 😀
  4. Makan sate buntel
    • Sungguhan saya kangen makan sate buntel dengan potongan bawang merah mentah, tomat, kecap, dan lada yang banyak. Haduuuhhh..
  5. Menginjakkan kaki di Jerman, London, dan Belanda dalam lima tahun ke depan.
    • Mahal, iya. Karena itulah melalui tulisan dan film saya akan ke sana.
  6. Tangan saya digandeng (lagi)
    • Saya baru paham tentang love language beberapa tahun belakangan dan mengetahui bahwa quality time dan physical touch adalah dua love language terdominan saya dari lima yang ada. Ketika tangan ini nanti digandeng kembali dengan status saya hari ini, rasa bahwa “we deserve a better life” itu akan berlipat ganda. Karena itulah kejujuran menjadi hal yang pertama saya utarakan di awal, sebelum rasa sayang semakin mendalam. Dalam waktu yang hanya sementara, buat apa berpura-pura atau menutup-nutupi kelemahan kita?
  7. Mengembangkan Studio Kausa
    • “Tidak ada yang salah dengan stay small dan grow big”. Dua pilihan ini sungguh dilema. Saya sendiri belum memutuskan apakah Studio Kausa akan sebagai stay small intimate space for writings ataukah akan menjadi wadah saluran berkat bagi banyak orang yang bahkan tak saling kenal. Hanya satu yang pasti, bahwa saya akan terus menghidupi dengan kalimat-kalimat yang menenangkan hati.
  8. Ingin punya kebun edible flowers dan microgreen di rooftop rumah
    • Rooftop sudah ada. Tangganya yang belum hahaha..
  9. Journaling
    • Untuk seseorang yang ketika mengalami hal apa pun lebih banyak diam, berpikir, lalu menganalisa, di kepala itu ribut sekali. Banyak yang menyarankan dengan journaling dapat mengurai itu tanpa perlu dipaksa. Biarkan mengalir, biarkan keluar, dan nikmati. Rasanya saya perlu coba. Ada rekomendasi buku journaling?
  10. Operasi FAM (lagi)
    • Gempuran empat tahun terakhir menyebabkan kista dan FAM tumbuh lagi di payudara kiri, persis seperti yang terjadi tahun 2012 silam. Entah ini sebagai wanti-wanti atau firasat sedari dini. Tentu harapannya, biar pun harus terjadi mungkin di sepuluh atau dua puluh tahun nanti.
  11. Ke Jepang tahun depan
    • Tentu saja dalam rangka jalan-jalan dan kulineran.
  12. Punya kitchen set bawah
    • Setiap melihat kamar tidur depan, rasanya ingin sekali nampak rapi tanpa barang-barang menumpuk yang seharusnya bisa tertata rapi di lemari kitchen set bawah di area dapur. Semoga terlaksana dalam waktu dekat

Ternyata menuliskan doa untuk diri sendiri saja seolah tidak lebih mudah dibandingkan ketika mengungkapkan harapan untuk orang lain. Membaginya dalam dua tulisan akan membuat saya semakin menyelami lebih dalam apa yang benar-benar Ia inginkan dan yang saya butuhkan. Tunggu lanjutannya ya..

Bersambung..

Bandung, 18 November 2021

Francessa

About francessa

penglihat alam dan manusia serta pengagum pagi menawan. kicau kecilnya dapat kau baca di @francessa__ #KicauKecilTantina. menukar sapa pada studiokausa@gmail.com
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

1 Response to Happy Belated Birthday! (1)

  1. Pingback: Happy Belated Birthday! (2) | justcallmefrancessa

Leave a comment