Kepada kepala yang bercinta dengan lokasi.
Kepada tatap yang mulai lepas dari misteri.
Ada apa dengan bait-bait puisi Sapardi dini hari tadi?
Gelisah hati, gerutu berlari-lari bukan karena hujan bulan Juni, tetapi karena ada degup yang kembali menghampiri.
Melupa pada hati yang berpekik berkali-kali.
Tertawa yang berderai dari mata serupa kaca.
Kepada lokasi yang mencipta cinta di kepala.
Kepada misteri yang tak lepas dari tatapan.
Ada apa dengan hati yang tak berhenti menanti?
Melarikan diri dari gelisah gerutu hati.
Wahai camar bukan parkit, mengadu degup yang haruskah menghampiri kembali?
Tidak peduli menjadi tempat sembunyi.
Sepi. Sendiri. Lagi.
Lagi-lagi mencari hati di lokasi.
Bandung, 14 Maret 2019
Francessa dan Ferryzco Maximilian