Tag Archives: #14HariDiNegeriSenja

Sebuah Roman Perihal Perpisahan di Terminal Keberangkatan (Bagian Ketiga) – 12 Juli 2015 (#25)

Suratku kembali tiba untuk merebah di pangkuan. Bukan sekadar sebuah ungkapan yang tak secara langsung terucapkan. Adalah pengakuan dari lubuk rasa terdalam yang tak mampu terkatakan meski dengan bisikan. Dalam suratku ini ingin kuceritakan sebuah kejadian beberapa tahun silam ketika … Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , | Leave a comment

Sebuah Roman Perihal Perpisahan Di Terminal Keberangkatan (Bagian Kedua)

“Next stop. Incheon.” Sela jemari mengisi milikku, menggenggam lebih erat. Perihal yang sebentar lagi terlakukan semakin dekat. Kereta yang kunaiki sebentar lagi menuju perhentian akhir. Sepasang mata ini masih menerawang. Tertumbuk pandangan pada ceceran kulit jeruk di lantai kereta. Dibuang … Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , | Leave a comment

Sebuah Roman Perihal Perpisahan Di Terminal Keberangkatan (Bagian Pertama)

Ada rasa hangat yang menjalar di pipi kanan. Ada usap telapak tangan yang membangunkan tepat pukul lima tiga puluh pagi. “Ayo bangun. Gih, cepat mandi.” Aku tersentak, bangun mendadak. Terpaksa beranjak agar tak terlambat oleh waktu yang mendesak. Tak boleh … Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , | Leave a comment

Cerita Makan Malam

Kupakai mantel merahku sebagai pakaian lapis ketiga. Udara malam ini tidak sedingin beberapa hari lalu. Bisa dibilang hangat untuk ukuran cuaca bulan dua belas. Langit malam pun sedikit tersaput jingga kemerahan. Sudah nyaris pukul sebelas. Perutku baru terasa lapar meskipun … Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , | Leave a comment

Salju Jangan Turun

Wanita itu duduk di dekat jendela. Sejenak menyentuh permukaannya yang perlahan makin mendingin karena cuaca. Langit sedang menangis. Awalnya terisak, lalu makin deras. Ia bekukan tangisnya agar lebih baik mengkristal saja. Karena ia tahu bahwa bunga-bunga esnya telah ditunggu bertahun-tahun … Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged | 1 Comment

Lelaki Tua Di Stasiun Kereta

Hari ini hari Natal. 25 Desember. Lorong stasiun mulai sepi. Mungkin karena malam semakin larut. Menuntun sepasang tungkai untuk kembali menunggu sebuah perjalanan berikutnya. Ransel yang semula berdiam sejenak di dalam locker abu-abu kembali menemani tuan dan nonanya. Dan di … Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged | Leave a comment

Aku Mencium Seorang Asing

Aku mencium seorang asing yang sosoknya hanya mampu kutatap dalam sudut mata Aku mencium seorang asing yang suara merdunya tergelitik nada-nada piano ruang piala Aku mencium seorang asing yang ketika berjalan melewatinya lantas tak begitu saja peduli Aku mencium seorang … Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , | Leave a comment

Berjalan-jalan Di Taman

Embus angin begitu sejuk, tidak seperti beberapa jam sebelumnya yang menghasilkan gigil gemertak gigi. Dua pasang tungkai melangkah keluar dari taxi. Di sebuah jalanan kecil dengan banyak gang di sekitarnya. Mencari penginapan yang beberapa bulan sebelumnya sudah dipesan. Peta di … Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , | Leave a comment

Tatapan Mata

Maskapai lokal yang kita pilih bersiap diri mengudara. Jemariku serasa tak ingin lepas sedetik pun, melingkar di lengan sebelah kanan. Satu detik sungguh berharga bagi kita yang hanya empat belas hari kita bisa jumpa setelah kurun waktu lama. Lingkaran hitam … Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , | Leave a comment

Percakapan Teriuh

Dua telapak tangan itu kemudian saling percaya untuk menggenggam erat. Tak ingin membiarkan telapak tangan lain tertinggal atau tersesat. Berjalan tergesa menyusul detik yang makin merambat. Khawatir akan sebuah tujuan yang takut-takut terlambat. Rindu mendesak dalam dekap, seolah ingin membuncah … Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , | Leave a comment